Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto calon presiden (Capres) yang disebut-sebut akan bersaing ketat dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 mendatang. Partai pengusung membangun koalisi dengan partai lainnya untuk memenuhi syarat pencalonan presiden, yakni 20 persen kursi parlemen atau 25 persen suara sah nasional hasil Pemilu Legislatif (Pileg) yang digelar9 April 2014. Pencitraan pun semakin gencar dilakukan menarik perhatian publik. Media arus utama secara terus-menerus memberitakan dinamika ini dengan menghadirkan beragam berita peristiwa, berita berdasarkan wawancara pengamat, maupun artikel opini para pakar. Di media online berbasis jurnalisme warga kondisi serupa juga terjadi. Ini yang menarik.
Di media jenis ini suara warga sangat diakomodir. Apa saja yang ditulis warga bisa tayang, termasuk beragam tulisan coal Capres. Inilah yang menjadi fokus penelitian ini: bagaimana Capres (Jokowi dan Prabowo) di media jenis ini?
Peneliti akan secara khusus mengamati artikel opini di situs Kompasiana terkait 2 Capres yang disebut di atas. Artikel yang akan diamati adalah artikel yang tayang saat Pileg hingga 1 bulan setelahnya (9 April-9 Mei 2014). Konten artikel akan dianalisis untuk melihat "hiruk-pikuk" wacana dari berbagai penulis.
Karena media jenis ini menganut prinsip bahwa artikel yang tayang adalah tanggung jawab penulis, maka hasil penelitian ini nantinya tidak akan memperlihatkan sikap media. Dengan kata lain, hasil penelitian akan memperlihatkan pola pemberitaan terkait 2 Capres, substansi pemberitaan, dan sikap penulis dalam melihat Capres. Harapannya, temuan ini nantinya bisa memberikan gambaran kepada tim sukses para Capres untuk membaca situasi dan jeli memanfaatkan media berbasisjurnalisme warga untuk pencitraan. Di sisi lain, publikjuga akan tercerahkan sehingga mampu memilih secara rasional.

Kata kunci: Pemilu Presiden 2014, Jurnalisme Warga, Kompasiana, Komunikasi Politik, Joko Widodo, Prabowo Subianto, Hegemoni